Peningkatan produksi padi terkendala dengan kurangnya ketersediaan dan mahalnya ongkos tenaga kerja. Hal ini menyebabkan jadwal tanam sering tidak tepat waktu, tanam tidak serempak, umur bibit lebih tua, adanya serangan hama penyakit dan kekeringan yang akhirnya berpengaruh terhadap penurunan produksi padi. Kondisi tersebut tentunya perlu adanya teknologi yang dapat mempercepat proses/waktu tanam. Salah satu solusinya adalah penggunaan mesin-mesin modern untuk meningkatkan efisiensi tenaga dan biaya dalam budi daya padi.
Proses penanaman dalam budi daya padi biasanya dilakukan dengan cara sebar bibit atau dengan tanam bibit padi. Cara tanam bibit biasanya dilakukan secara manual maupun dengan mesin. Mesin tanam padi atau rice transplanter merupakan suatu alat tanam bibit padi yang digerakkan dengan mesin. Keunggulan penggunaan mesin ini adalah kapasitas penanaman yang lebih besar dibanding secara manual, jarak tanam dan jumlah bibit lebih seragam. Hal ini akan memberi keuntungan pada waktu tanam yang lebih singkat dan mengurangi biaya tanam. Keuntungan lain adalah dapat meningkatkan produksi karena jarak tanam yang lebih seragam. Berikut ini cara pengoperasian transplanter menggunakan mesin tanam bibit padi agar mendapatkan hasil optimal.
Pengoperasian Transplanter Menanam Menggunakan Mesin Tanam Bibit Padi
Persiapan penanaman
- Sebelum pelaksanaan penanaman pastikan kondisi lahan/sawah keadaan agak basah/macak-macak, buat caren/saluran air keliling untuk memudahkan memasukkan air dan pengeringan juga berfungsi untuk mengendalikan serangan hama keong emas.
- Penanaman dilaksanakan setelah bibit berumur 14--16 HSS dengan kriteria jumlah daun 4–5 helai tinggi sekitar 12–18 cm.
- Menyiapkan bibit dari pembibitan dapog dalam bentuk lembaran seperti karpet berukuran 28 cm x 60 cm.
- Menempatkan rice transplanter pada posisi titik awal penanaman di sebelah kiri lahan yang akan ditanami dengan produksi berikut: a) Memindahkan tuas pemindah gigi pada posisi “NETRAL”, lalu memindahkan tuas kopling ke posisi “PENANAMAN” dan tuas kopling utama ke posisi “NYALA”; b) Memindahkan tuas kopling penanaman ke posisi “KUNCI”, segera setelah roda umpan vertikal mulai bergerak dan memindahkan tuas kopling utama ke posisi “MATI”; c) Menyusun lembaran-lembaran bibit pada platform bibit dan rak penyimpanan bibit cadangan. Mengatur tuas penyesuaian pengambilan kedalaman untuk mengatur jumlah bibit yang ditanam, “LEBIH BESAR” berarti semakin banyak jumlah bibit yang ditanam pada lubang tanam, atau sebaliknya; dan d) Mengatur tuas penyesuaian kedalaman tanam dan tuas penyesuaian pengambilan kedalaman ke posisi yang diinginkan.
Penanaman
- Ambil bibit dengan cara digulung, selanjutnya tempatkan pada wadah. Angkut ke lokasi yang akan ditanam, banjarkan bibit dan tempatkan di tepi pematang agar tidak mengganggu jalannya mesin.
- Tempatkan bibit pada tempatnya, selanjutnya cek handle pengatur kedalaman tanam dan handle keluarnya bibit sesuai yang diinginkan.
- Memindahkan tuas pemindah gigi ke posisi “OPERASI LAPANGAN”.
- Mengatur tuas kopling penanaman ke posisi “BAWAH”.
- Memindahkan tuas kopling penanaman ke posisi “PENANAMAN”.
- Memindahkan tuas kopling utama ke posisi “NYAMAN”, maka transplanter akan bergerak dan proses penanaman dimulai.
- Ketika penanaman sampai sekitar 1,5 m dari batas ujung penanaman, pindahkan tuas kopling penanam ke posisi “BAWAH” untuk menghentikan proses penanaman.
- Mengurangi kecepatan mesin dan naikkan pegangan.
- Menarik tuas kopling kemudi untuk membelokkan rice transplanter ke kanan.
- Posisikan rice transplanter hingga sejajar dengan barisan tanaman dan memastikan ujung pedoman sisi berada pada barisan tanaman terdekat untuk menghasilkan jarak tanam yang tepat.
- Jika penanaman suatu bidang lahan sudah selesai, penanaman secara manual masih perlu dilakukan pada bagian lahan yang menjadi belokan.
- Jarak tanam diatur sebelum dilakukan penanaman. Untuk mengatur jarak tanam sistem tegel maupun sistem jajar legowo, terdapat tuas yang berfungsi untuk mengatur jarak tanam dalam barisan.
- Rice transplanter sistem tegel (memiliki 5 ukuran jarak dalam barisan, di antaranya 12, 14, 16, 18, dan 21). Jarak tanam antara barisan 30 cm. Untuk rice transplanter dengan sistem jajar legowo hanya memiliki 3 jenis ukuran jarak tanam dalam barisan, di antaranya 10, 13, dan 15 cm. Jarak tanam antara barisan 40 cm X 20 cm.
Dengan penggunaan rice transplanter sebagai mesin tanam padi, diharapkan dapat mendukung peningkatan produksi padi sekaligus untuk mendukung program swasembada pangan di Indonesia. (WD 2025)
Sumber:
1. Balai Besar Pelatihan Pertanian Batangkaluku. (2016). Mengenal, mengoperasikan, merawat dan memelihara mesin tanam padi (rice transplanter).
https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/15407
2. Purba, T. , Musyafak, A., Suheiti, K. (2016). Pengembangan teknologi mesin tanam padi indo jarwo transplanter di lahan pasang surut Kkalimantan Barat. BB Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.
https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/6549
3. Pusat Pelatihan Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian. (2024). Buku saku brigade pangan.