Pemanfaatan alat dan mesin pertanian merupakan salah satu komponen penting dalam modernisasi pertanian. Penggunaan alsintan dalam praktik pertanian dapat meningkatkan efisiensi usaha tani dan daya saing produk pertanian. Pemanfaatan mesin penggiling padi yang tepat dapat menghasilkan beras yang berkualitas.
Penggilingan padi merupakan proses pengolahan gabah yang telah dikeringkan (gabah kering giling) menjadi beras. Proses ini pada dasarnya terdiri dari dua tahap. Pertama, tahap pengupasan kulit (memproses gabah menjadi beras pecah kulit). Kedua, tahap penyosokan, yaitu proses pengolahan beras pecah kulit menjadi beras sosoh.
Tujuan utama proses penggilingan adalah menghasilkan beras giling. Untuk mendapatkan beras giling bermutu baik, harus menggunakan teknik penggilingan yang benar. Kondisi mesin penggilingan yang digunakan juga harus baik. Dalam proses penggilingan padi (rice milling), diperoleh beras giling dengan rendemen sebesar 65--67%. Hasil samping berupa sekam (bagian pembungkus/kulit luar biji gabah) sebesar 15--23%, dedak/bekatul sebanyak 8--2% yang merupakan kulit ari yang dihasilkan dari proses penyosohan, dan menir sebanyak 3--5% yang merupakan bagian beras yang hancur.
Rice milling unit (RMU) alias usaha penggilingan padi yang memproses gabah menjadi beras. Lazimnya usaha penggilingan padi muncul dengan sendirinya di sebuah desa yang menjadi sentra padi. Kian luas sentra di sebuah wilayah, maka jumlah usaha penggilingan padi semakin banyak. Belakangan muncul juga penggilingan padi mobile yang dapat dibawa langsung ke lahan atau rumah petani. Usaha tersebut merupakan upayaa “menjemput bola” para pengusaha penggilingan padi kepada para petani.
Kualitas hasil beras dari mesin RMU tergantung kualitas gabah kering panen (GKP) yang digiling. Gabah yang masuk ke RMU sebaiknya dengan kondisi kadar air 18%–22% atau telah disimpan tidak lebih dari 36 jam setelah padi dipanen. Dari gabah tersebut dapat dihasilkan beras berkualitas yang cirinya bersih, putih, mengkilap, dan tetap bergizi. Meskipun demikian, derajat kualitas beras—misal warna putih atau kilap—tersebut berbeda-beda tergantung varietas gabah yang digiling.
Secara umum rice milling unit terdiri dari 2 tahap, yaitu mesin kupas kulit (husker) dan mesin penyosoh (polisher). Mesin yang pertama melepaskan kulit gabah sehingga sekam terpisah dengan beras. Sementara mesin penyosoh membersihkan beras dari sisa yang masih menempel. Berdasarkan tahapan tersebut RMU dapat menghasilkan minimal 4 produk: beras utuh, menir (beras patah dan halus), dedak dan bekatul, serta limbah sekam. Setiap produk tersebut memiliki nilai manfaat masing-masing sehingga menjadi sumber keuntungan bagi pemilik RMU.
Kualitas Hasil penggilingan Padi
Kualitas dan rendemen dari hasil penggilingan padi sangat dipengaruhi prosedur pengoperasian mesin serta manajemen dan perawatan mesin. Kualitas penggilingan beras ditentukan banyak faktor, yang utama adalah proses pemolesan beras. Pemolesan yang kurang akan menurunkan nilai jual produk, sedangkan pemolesan yang berlebihan akan menurunkan rendemen dan pendapatan. Rata-rata rendemen beras pada penggilingan padi kecil dengan konfigurasi HP (husker dan polisher) sebesar 61,4%.
Upaya teknis melalui perbaikan konfigurasi mesin pada penggilingan padi kecil yang umumnya mempunyai konfigurasi HP menjadi HSP (husker, separator, polisher) atau CHSP (cleaner, husker, separator, polisher) dapat meningkatkan rendemen beras. Dengan penambahan separator pada konfigurasi HP terdapat peningkatan rendemen sebesar 0,9%. Penambahan alsin pembersih gabah (paddy cleaner) dan separator pada konfigurasi HP terdapat peningkatan rendemen sebesar 1,9%. Peningkatan ini tentu lebih besar lagi, jika dibandingkan dengan rata-rata rendemen yang dihasilkan pada penggilingan padi kecil lainnya, yaitu hanya 61%.
Peningkatan rendemen beras tersebut dapat dicapai, antara lain karena bahan baku gabah yang digiling lebih bersih dengan digunakan pembersih gabah. Pada konfigurasi yang menggunakan separator, tekanan roll karet pada husker selama proses pengupasan kulit lebih rendah untuk mengurangi risiko beras patah. Jadi walaupun jumlah gabah tidak terkupas menjadi lebih tinggi (mencapai 30--40%), tapi kemudian gabah tersebut dipisahkan oleh separator. Lalu masuk kembali ke husker untuk proses pengupasan ulang. Jadi gabah yang sudah terkupas kulitnya hanya satu kali melewati husker.
Apabila konfigurasi sederhana yang umumnya dimiliki penggilingan padi kecil (PPK) disempurnakan dari husker-polisher menjadi cleaner-husker-polisher atau cleaner-husker-separator-polisher, maka dapat meningkatkan rendemen beras sebesar 0,9--1,9%, sehingga berpotensi menyelamatkan produksi beras.
Untuk memperbaiki rendemen dan mutu beras giling perlu dilakukan revitalisasi industri penggilingan padi melalui restrukturisasi teknis (renovasi dan rehabilitasi PPK) dan perbaikan manajemen dengan fokus pemberdayaan penggilingan padi kecil.(HS2025).
Sumber
Sulaiman, A.A., Herodian, S., Hendriadi, A. (2018). Revolusi mekanisasi pertanian Indonesia. Jakarta: IAARD Press. https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/11817
Umar, S., Alihamsyah, T. Penggilingan padi. (2014). Dalam Mekanisasi Pertanian. IAARD Press. https://repository.pertanian.go.id/server/api/core/bitstreams/0b3fcb38-1d57-4363-a778-0f20b60ffdb3/content