Serangan hama dan penyakit merupakan salah satu faktor penting dan berpengaruh terhadap keberhasilan budi daya cabe. Serangan hama dan penyakit bisa menurunkan produktivitas tanaman, bahkan dapat mengakibatkan gagal panen. Pengendalian hama penyakit yang tepat dapat mengamankan produksi cabai.
Umumnya hama yang menyerang cabai adalah thrips, kutu kebul, kutu daun hijau, dan lalat buah. Penyakit yang menyerang tanaman cabai bisa disebabkan oleh virus, bakteri, cendawan maupun jamur. Berikut ini beberapa jenis hama dan penyakit utama yang sering menyerang tanaman serta cara pengendaliannya.
Hama Tanaman Cabai
1. Thrips
Gejala serangan berupa adanya bercak keperak-perakan pada permukaan bawah daun. Pada serangan berat menyebabkan daun, tunas atau pucuk menggulung ke dalam dan pertumbuhan terhambat dan kerdil.
Pengendalian hama ini dapat menggunakan tanaman perangkap (kenikir kuning), mulsa perak, sanitasi lingkungan dengan memotong tanaman yang terserang, menggunakan perangkap kuning, pemanfaatan musuh alami (predator kumbang Coccinellidae, patogen Entomophthora sp.). Selain itu, pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida nabati (tanaman piretrum). Penggunaan insektisida dapat dilakukan jika serangan thrips berlanjut, yaitu dengan penyemprotan abamectin (Agrimec 18 EC, 0,5 ml/l), spinosad (Tracer 120 SC, 0,5 ml/l), imidakloprid (Confidor 50 SC, 0,5 ml/l)), diafentiuron (Pegasus 500 SC, 1-2 ml/l), atau karbosulfan (Marshal 200 EC, 1-2 ml/l), jika serangan trips berlanjut dilakukan.
2. Kutu Kebul
Gejala serangan berupa bercak nekrotik pada permukaan bawah daun. Embun madu yang dikeluarkan oleh kutu kebul dapat menimbulkan serangan jamur jelaga yang berwarna hitam.
Hama ini dapat dikendalikan dengan pemanfaatan musuh alami, yaitu predator Menochilus sexmaculatus, parasitoid Encarcia adrianae, dan patogen Bacillus thuringiensis. Kemudian penggunaan perangkap kuning, tanaman perangkap (jagung), tumpang sari dengan tagetes, dan pestisida nabati seperti Pyretrin (dari chrysanthemum), nimba dan tembakau. Insektisida yang digunakan berbahan aktif teflubenzuron 50 EC, permetrin 25 EC, imidaklorpid 200 SL, dan Metidation 25 WP.
3. Kutu Daun Hijau.
Serangan kutu daun ini menimbulkan bercak-bercak pada daun, tanaman kerdil, daun keriting dan layu. Serangan berat dapat menyebabkan kematian tanaman.
Pengendalian secara biologis dengan pemanfaatan musuh alami, parasitoid Aphelinus gossypi, Lysiphlebus testaceipes, predator Coccinella transversalis atau cendawan entomopatogen Neozygites fresenii, dan pestisida nabati, seperti sirsak, srikaya, daun pepaya dan kecubung.I Jika serangan cukup tinggi dapat digunakan insektisida berbahan aktif imidaklorpid 200 SL.
4. Lalat Buah
Gejala serangan berupa adanya titik hitam bekas tusukan pada permukaan buah, berwarna kuning pucat, dan buah menjadi layu. Buah yang terserang akan membusuk dan kemudian jatuh ke tanah.
Pengendalian lalat buah dengan sanitasi lingkungan (membuang buah yang terserang), menggunakan perangkap atraktan metil eugenol/pertogenol dengan dosis 1 ml/l perangkap sebanyak 40 buah/ha. Kemudian rotasi tanaman bukan inang, pemanfaatan musuh alami parasitoid larva dan pupa (Biosteres sp, Opius sp), predator semut, Arachnidae (laba-laba), Staphylinidae (kumbang) dan Dermatera (Cecopet).
Penyakit pada Tanaman Cabai
1. Penyakit Antraknosa
Gejala penyakit ini berupa titik gelap pada permukaan kulit buah,
bercak bulat panjang sedikit cekung dan bergaris tengah/lingkaran konsentris
1 mm, berwarna merah kecoklatan. Menyerang dari persemaian sampai berbuah.
Pengendalian penyakit ini, yaitu penggunaan mulsa hitam perak, sanitasi dengan membuang buah yang terserang, menggunakan benih sehat, dan perendaman/perlakuan benih Selain itu, menggunakan pestisida nabati (ekstrak daun mimba, cengkeh, kencur, kunyit), dan menggunakan varietas tahan. Jika kerusakan tanaman cukup berat, dilakukan penyemprotan fungisida yang dianjurkan, misalnya difenokonazol (Score 250 EC, 2 ml/l), atau kI orotalonil (Daconil 500 F, 2 g/l)
2. Penyakit Virus Kuning.
Gejala serangan berupa daun menggulung, mengecil dan berwarna kuning, produksi buah menurun bahkan tidak berbuah, bila serangan sejak tanaman belum berbunga. Pada serangan berat, hamparan cabai bisa berubah menjadi kuning.
Cara pengendalian dengan mengendalikan vektor penyebab penyakit (kutu kebul), menggunakan varietas tahan, sanitasi (membersihkan tanaman di sekitar lahan dari tanaman atau gulma yang menjadi inang), menggunakan bibit tanaman yang sehat, dan eradikasi (mencabut/memusnahkan) tanaman yang terserang.
3. Layu Fusarium
Daun yang terserang penyakit ini mengalami kelayuan mulai dari bagian bawah, menguning dan menjalar ke atas ke ranting muda. Bila infeksi berkembang, tanaman menjadi layu. Warna jaringan akar dan batang menjadi cokelat. Tempat luka infeksi tertutup hifa putih seperti kapas.
Cara pengendalian denganmenggunakan agen antagonis Trichoderma spp. dan Gliocladium spp. yang diaplikasikan bersamaan dengan pemupukan dasar. Selain itu, dilakukan sanitasi dan eradikasi (tanaman yang terserang dicabut dan dimusnahkan), agar serangannya tidak meluas. estisida nabati berupa cengkeh dan nimba dapat digunakan.
4. Layu Bakteri.
Serangan penyakit ini menimbulkan gejala layu pada daun bagian atas tanaman. Setelah beberapa hari, seluruh daun tanaman menjadi layu permanen, sedangkan warna daun tetap hijau, kadang-kadang sedikit kekuningan.
Beberapa cara pengendalian penyakit ini, yaitu kultur teknis dengan pergiliran tanaman, penggunaan benih sehat, dan sanitasi dengan mencabut dan memusnahkan tanaman sakit. Pengendalian secara hayati dengan menggunakan agen antagonis Trichoderma spp. dan Gliocladium spp. yang diaplikasikan bersamaan dengan pemupukan dasar. Pestisida nabati dapat menggunakan nimba.
Dengan mengenal gejala serangan hama dan penyakit, maka dapat dilakukan cara pengendalian dengan tepat. Dengan demikian, diharapkan dapat mengurangi serangan hama penyakit tanaman dan meningkatkan hasil panen cabai. (WD 2025)
Sumber:
1. Ikrarwati, et al. (2018). Budidaya Cabe di Perkotaan: Sebuah Panduan Teknis. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta. https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/8737
2. Tresnawati, T. , Muharam, A. (2021). Budidaya Cabai Merah dan Bawang Merah. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP). https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/17459