Tikus sawah mampu merusak 15–30% hasil panen setiap tahun, bahkan bisa mencapai kerugian total hingga 100% jika dibiarkan. Mereka menyerang padi sejak masa semai, tumbuh, hingga pascapanen, bahkan merusak gabah di gudang. Serangan paling menghancurkan terjadi saat fase generatif, saat tanaman tak lagi mampu membentuk anakan baru. Untuk itu, diperlukan pengendalian dengan strategi yang tepat, terpadu, dan dimulai sejak awal musim tanam.
Faktor lingkungan penyebab berkembangnya tikus antara lain melimpahnya ketersediaan pakan, tersedianya tempat berlindung dan berkurangnya musuh alami. Pengendalian tikus dilakukan pada awal musim tanam sebelum memasuki masa reproduksi. Pengendalian tikus dibagi menjadi pengendalian tikus lokal dan pengendalian tikus akibat migrasi biasanya menghasilkan buah yang bentuknya agak bulat dan juga sedikit.
Pengendalian Populasi Tikus Lokal
Populasi tikus lokal berasal dari daerah setempat sehingga jumlahnya tidak sebanyak tikus yang migrasi dari daerah lain. Cara pengendaliannya dapat dilakukan antara lain dengan:
- Pengelolaan ekosistem pertanian:
- sanitasi habitat, yaitu dengan membersihkan tanggul-tanggul irigasi, pematang, dan semak-semak di persawahan.
- pengelolaan tanaman, yaitu melakukan pengaturan waktu tanam. Jarak waktu tanam yang pertama dan yang terakhir yaitu sekitar 10 hari.
- pengelolaan musuh alami seperti anjing, kucing, ular, burung hantu, dan musang jangan diberantas.
- Gropyok massal yaitu membongkar liang dan menangkap serta mematikan tikus secara beramai-ramai. Gropyokan biasanya menggunakan alat seperti pemukul, emposan, jaring atau anjing pemburu.
- Fumigasi/pengemposan belerang yaitu membakar belerang sambil menghembuskan asapnya ke dalam lubang sarang tikus yang berada di pematang, tanggul dan lahan tidur.
- Pemberian umpan, berupa gabah/beras yang mengandung racun rodentisida antikoagulan (klerat dan racumin), kemudian diletakkan di tempat yang sering dilewati tikus.
- Pemanfaatan jaring, dengan memasang pada salah satu sisi hamparan sawah kemudian dari sisi lain secara bersama-sama dilakukan penggiringan tikus ke arah jaring.Memasang alat bunyi-bunyian (krompyangan), berupa kaleng-kaleng bekas berisi kerikil yang digantungkan berjajar pada seutas tali dengan panjang sekitar 20 meter.
- Menggunakan kalsium karbid (CaC), yang 2 dimasukkan ke dalam lubang tikus yang aktif dan menutup lubang butulan yang lain. Lubang yang telah diberi karbid selanjutnya disiram dengan 1-2 liter air dan ditutup tanah. Penggunaan karbid dapat dikombinasi dengan jaring. Tikus yang keluar akibat reaksi dengan karbid akan terperangkap oleh jaring.
Pengendalian Tikus Akibat Migrasi
Populasi tikus akibat migrasi biasanya berjumlah besar, sehingga upaya pengendalian nya tidak dapat disamakan dengan pengendalian tikus lokal.
Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain:
- Trab Barrier System (TBS) yaitu pemagaran area pertanaman dengan plastik, dilengkapi alat jebak berupa perangkap bubu di setiap jarak tertentu. Teknologi ini efektif menangkap tikus dalam jumlah besar secara terus menerus dan relatif sederhana serta ramah lingkungan.
Komponen TBS terdiri dari tanaman perangkap, pagar plastik, dan bubu, sebagai berikut;
- Tanaman perangkap ditanam 2-3 minggu lebih awal dibandingkan sekitarnya dengan tujuan untuk menarik tikus dari areal sekitarnya sehingga tanaman sekitarnya dapat terhindar dari tikus. Penanaman pada petak ukuran 25-50 m, dekat habitat tikus sawah.
- Pagar plastik dipasang setinggi sekitar 60 cm diikat dengan tali atau kawat pada ajir bambu agar tegak.
- Bubu perangkap berukuran 25 x 25 x 60 cm dipasang disetiap sudut persemaian atau pertanaman, di depan lubang plastik yang sudah dipasang lebih dahulu.
- Selanjutnya dibuatkan parit sekitar 40 cm di sekeliling persemaian diluar pagar plastik. Tujuan dari pembuatan parit adalah agar tikus tidak dapat memanjat pagar atau menggali lubang di bawah pagar plastik. Selanjutnya diberi timbunan rerumputan agar tikus tidak curiga dan dapat digunakan bertengger sebelum masuk ke lubang bubu.
- Linier Trap Barrier System (LBTS) adalah pemagaran plastik yang dipasang memanjang, dilengkapi bubu perangkap pada jarak tertentu, untuk menghadang tikus pindahan dari tempat lain dan atau menangkap tikus yang berasal dari dalam areal sendiri. LTBS terdiri dari bentangan pagar plastik dengan ukuran tinggi 50 cm, panjang 100 m yang ditegakkan dengan menggunakan ajir bambu dan tali/kawat. Setiap jarak bentangan 20 m dilengkapi dengan bubu perangkap. LTBS dipasang di pinggir tanaman padi yang berbatasan dengan daerah yang diperkirakan sebagai habitat tikus sawah dengan lubang perangkap bubu menghadap ke habitat. LTBS mudah dibongkar-pasang sesuai keperluan. Setelah 3-5 hari atau tidak ada tangkapan tikus lagi, LTBS dapat dipindah ke lokasi lain. Komponen teknologi ini dapat dikombinasikan dengan berbagai cara pengendalian tikus sawah yang telah lama diterapkan oleh petani, antara lain: gropyokan, emposan, umpan beracun dan lain sebagainya.
Waktu Pengendalian yang Tepat
- Fase pratanam atau pengolahan tanah dapat dilakukan dengan sanitasi, gropyokan massal, jaring perangkap, dan emposan belerang.
- Fase persemaian dapat dilakukan dengan gropyokan massal, emposan belerang, pemagaran persemaian yang dilengkapi dengan bubu perangkap tikus.
- Fase tanaman muda, pengendalian dilakukan dengan menanam serentak, melakukan sanitasi, pemasangan pagar plastik yang dilengkapi dengan bubu perangkap.
- Fase tanaman tua, fase ini merupakan fase paling kritis karena nutrisi tanaman sangat sesuai untuk kebutuhan reproduksi tikus. Pengendalian dapat dilakukan dengan memasang pagar plastik yang dilengkapi dengan perangkap bubu. Pemasangan dilakukan ketika tanaman memasuki fase generatif awal atau dipasang pada daerah yang berbatasan dengan sumber serangan tikus. Selain itu harus dilakukan pencarian lubang tikus aktif dan dilakukan pengemposan dengan belerang.
- Fase pematangan bulir. Pada fase ini harus dilakukan sanitasi tempat persembunyian tikus disertai pengemposan belerang. Pemasangan LTBS dapat dilakukan dengan arah muka perangkap bubu berselang-seling agar tikus sawah dapat terperangkap dari 2 arah terutama di lokasi yang terserang tikus berat.
Panen yang aman dimulai dari sawah yang terbebas dari tikus. Dengan gotong royong, pemanfaatan teknologi, dan pelestarian musuh alami, kita bisa mematahkan siklus serangan tikus dari generasi ke generasi. Penting mengendalikan tikus sejak awal musim tanam, demi panen yang melimpah dan petani yang tersenyum.(SUT//2025)
Sumber:
- Pusat Perpustakaan & Penyebaran Teknologi Pertanian. 2021. Cara tepat kendalikan hama tikus pada lahan sawah. https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/13230
- Purnama, Gandi dkk. 2023. Teknik mengendalikan hama & penyakit tanaman padi/tim direktorat perlindungan tanaman pangan. Pertanian press. 2023 .61 hlm. https://epublikasi.pertanian.go.id/index.php/pertanianpress/catalog/book/101





