Jerami seringkali menjadi limbah terabaikan yang belum banyak disadari manfaatnya oleh petani saat musim panen. Penanganan limbah jerami biasanya dilakukan dengan pembakaran, kecepatan pembersihan lahan menjadi alasan dibaliknya. Padahal pembakaran jerami justru dapat menghilangkan unsur hara yang bernutrisi untuk tanah. Tingginya kandungan hara dalam jerami berguna untuk memperbaiki sifat tanah, meningkatkan produktivitas tanah, memelihara ekosistem lahan, serta mewujudkan lahan berkelanjutan.
Jerami padi kerap dipandang sebelah mata. Demi efisiensi dan kebiasaan turun-temurun, petani lebih memilih membakarnya untuk membersihkan lahan. Padahal, tindakan ini justru menghilangkan potensi besar jerami dalam memperkaya tanah dan memulihkan ekosistem mikro di dalamnya. Tersusun dari batang, daun, dan malai padi, jerami sebenarnya mengandung beragam unsur hara penting diantaranya N, P, K, S, Ca, dan Mg. Adapun nutrisi mikronya adalah B, Cl, Cu, Fe, Mn, Mo, Ni, dan Zn. Kandungan hara dalam jerami padi mencakup 40% unsur N, 30 – 35% unsur P, 80 – 85% unsur K, dan 40 – 45% unsur S.
Kandungan hara dalam jerami muncul berkat kerja mikroorganisme tanah. Proses alami seperti mineralisasi dan imobilisasi membantu melepaskan atau mengikat unsur hara penting seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan sulfur (S). Menariknya, jerami segar dan jerami yang sudah membusuk (terdekomposisi) punya kandungan hara yang berbeda. Agar manfaatnya maksimal, jerami bisa diolah menjadi kompos dengan bantuan dekomposer seperti EM-4 (mikroorganisme efektif), jamur Trichoderma harzianum, atau cacing tanah. Setelah melalui proses ini, jerami berubah menjadi kompos yang kaya nutrisi dan sangat baik untuk menyuburkan tanah.
Pemanfaatan Jerami pada Lahan Pertanian
Pemberian jerami pada tanah sebagai bahan organik dapat dibedakan menjadi tiga bentuk: 1) brangkasan kering; 2) abu jerami; dan 3) kompos jerami. Jerami dengan bentuk kompos terbukti memberikan pengaruh yang lebih baik untuk tanah, terutama dalam penyerapan hara N dan K. Adapun jerami dalam bentuk abu memberikan pengaruh yang paling rendah dari ketiganya.
Salah satu teknologi pengolahan lahan yang cocok untuk jerami adalah sistem gelebeg. Pada sistem ini, jerami ditebarkan di lahan, lalu disemprot dekomposer agar cepat lapuk. Setelah itu, lahan digemburkan dengan gelebeg yaitu alat traktor khusus yang menghancurkan dan meratakan tanah tanpa harus dibajak. Garu digunakan setelahnya untuk meratakan permukaan. Dengan cara ini, jerami tidak hanya jadi pupuk alami, tapi juga membantu meningkatkan kesuburan tanah secara praktis dan ramah lingkungan
Manfaat Jerami pada Lahan Pertanian Sulfat Masam
Unsur hara pada jerami tidak sekadar memberikan nutrisi, pada tanah sulfat masam jerami juga bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi pemupukan P (fosfor) dan mengurangi tingkat keracunan Fe (besi). Lahan sulfat masam memiliki kendala pertanaman karena kandungan tanah yang asam, rendah hara, racun besi, racun sulfat, dan genangan air yang tidak dapat dikendalikan. Residu jerami sebagai amelioran organik yang kaya hara dapat meningkatkan produktivitas tanah dan mewujudkan lahan berkelanjutan pada tanah sulfat masam.
Bentuk jerami yang dipakai dan terbukti memberi pengaruh untuk tanah sulfat masam adalah jerami berbentuk kompos. Kompos jerami mengandung asam organik (asam humat dan fulvat) yang dapat mengkelat unsur racun pada tanah supaya tidak berbahaya bagi tanaman. Tidak jauh berbeda dengan lahan lainnya, pemberian jerami pada tanah sulfat masam juga dapat dikombinasikan dengan dekomposer, terutama dengan dekomposer TH (trichoderma). Penggunaan varietas padi yang tahan terhadap racun besi (IR 66 dan Margasari) serta penanaman tanaman biofilter (purun tikus) di saluran air juga dapat menjadi kombinasi yang tepat untuk mencapai hasil tanam padi yang tinggi.
Jerami dengan jumlahnya yang banyak dalam setiap pascapanen memiliki potensi besar untuk memperbaiki tanah dan memberi pengaruh pada keberlanjutan lahan. Kompos jerami memiliki peran penting dalam lahan pertanian baik pada tanah netral maupun tanah masam
Setiap musim panen, kita menyaksikan jerami menumpuk tak terurus di banyak desa. Tapi kini saatnya kita mengubah cara pandang. Jerami bukan limbah—ia adalah aset. Ia adalah pupuk alami, pembangun ekosistem tanah, dan jembatan menuju pertanian yang ramah lingkungan. Jika setiap petani mau mengelola jerami menjadi kompos, maka bukan hanya tanah yang akan menjadi subur, tapi juga masa depan pangan kita lebih terjamin. (AM’2025)
Referensi
- Nengah, M. (2021). Pengetahuan dan Persepsi Petani Terhadap Pengomposan Limbah Jerami Padi. Jurnal AGRISEP: Kajian Masalah Sosial Ekonomi Pertanian Dan Agribisnis, 20(01), 81–94. https://doi.org/10.31186/jagrisep.20.01.81-94
- Nugroho, N., Norvyani, M., & Baliadi, Y. (2015). Peran Jerami dalam Sistem Pertanian Berkelanjutan. Prosiding Temu Teknologi Padi 2015. https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/19735
- Susilawati, A., Nursyamsi, D. (2013). Residu Jerami Padi untuk Meningkatkan Produktivitas Tanah Sulfat Masam Berkelanjutan. Jurnal Sumberdaya Lahan, 7(1), 27-37. https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/2332






