Jakarta, 30 Juni 2025 — Kementerian Pertanian ( ) mencatat tonggak sejarah baru dalam dunia pertanian Indonesia. Produksi padi nasional mencapai 4,2 juta ton, dengan serapan dalam negeri sebesar 2,6 juta ton. Capaian luar biasa ini bahkan mendapat pengakuan resmi dari Departemen Pertanian Amerika Serikat . Hal itu disampaikan Amran dalam Peringatan Hari Krida Pertanian di Kantor Pusat Kementan.
"Ini adalah kerja keras kita semua. Berkat arahan Presiden Republik Indonesia yang mempermudah akses pupuk, sistem penyimpanan pangan, serta memindahkan koordinasi penyuluh pertanian lapangan (PPL) ke pusat, kita berhasil menembus capaian historis ini," ujar Amran.
Namun di balik keberhasilan itu, Menteri Pertanian juga menyoroti anomali besar dalam tata niaga pangan. Konsumen menanggung kerugian hingga Rp9,9 triliun akibat harga beras yang turun di tingkat penggilingan, namun justru naik di pasaran.
"Ini tidak bisa dibiarkan, mafia pangan harus ditindak tegas karena merugikan 280 juta rakyat Indonesia. Regulasi yang memberi ruang bagi korupsi harus dibereskan. Petani harus diuntungkan. Negara hadir lewat Bulog untuk menyerap gabah langsung dari petani," tegasnya.
Lebih lanjut, Menteri Amran menekankan bahwa keberhasilan swasembada ini justru menjadi ancaman bagi pihak-pihak yang tidak ingin Indonesia mandiri. "Harga beras dunia turun karena Indonesia tidak impor. Kalian semua adalah pahlawan pangan," ujarnya penuh semangat.
Visi besar ke depan yaitu hilirisasi produk pertanian. “Jika kita bisa hilirisasi hingga 600 ton, maka nilai tambahnya bisa mencapai 26 kali lipat. Indonesia ditakdirkan sebagai negara agraris, kalau ingin kaya, bertanilah!” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Ida Widhi Arsanti, menambahkan bahwa kunci menuju swasembada adalah pertanian modern.
“Kita dorong penggunaan varietas unggul baru (VUB), sistem tanam IP 300, dan peningkatan produktivitas menjadi minimal 5 ton per hektare. Penyuluh pertanian dan Balai Penyuluhan (BP) harus adaptif dan inspiratif,” katanya.
Ia juga mendorong kolaborasi antar BP dan implementasi MOU lintas sektor agar tercipta sinergi dalam pengembangan usaha tani yang ekonomis dan berkelanjutan.
“Rekan-rekan BP yang sudah berhasil harus menjadi inspirasi. Kita ingin BP tidak hanya mendampingi petani, tetapi juga menjadi motor penggerak lahirnya pelaku usaha pertanian muda yang tangguh,” tutupnya.
Sementara itu Kusnadi, koordinator BPP Tegal Kunir, Kabupaten Tangerang, yang hari ini mewakili penyuluh untuk mengikuti kegiatan hari Krida Pertanian mengungkapkan, "Kami ingin berbagi informasi terkait perkembangan dunia pertanian khususnya tentang swasembada pangan."
“Selanjutnya kami berharap ada peningkatan terkait perekonomian yang ada di kelompok tani melalui koperasi, serta Gapoktan mendapat informasi terkait pupuk bersubsidi,” sambung Kusnadi.
Ia mengaku bahwa untuk pencarian informasi selalu mencari di Kementerian Pertanian melalui website, medsos dan webinar online melalui zoom. Menurutnya, informasi yang dibutuhkan petani di wilayahnya saat ini yaitu informasi terkait teknologi perbenihan, budi daya dan pascapanen.
Dari kegiatan tersebut, kita berharap adanya strategi yang tepat dan kolaborasi lintas sektor, sehingga Indonesia optimis menjadi lumbung pangan dunia yang tak hanya kuat dari sisi produksi, juga mandiri secara ekonomi. (Rep. FN/Edit So-SWT)