
Bogor, 20 Agustus 2025 – Swasembada pangan bagi Indonesia merupakan suatu keniscayaan. Namun, perlu kerja keras oleh seluruh stakeholder untuk mewujudkannya. Oleh karena itu, untuk mendukung terwujudnya swasembada pangan, Balai Besar Perpustakaan dan Literasi Pertanian (BB Pustaka) menyelenggarakan kegiatan Bincang Cerdas Literasi (BCL) bertema “Sumber-sumber Informasi Pertanian dalam Mendukung Swasembada Pangan”. Acara ini dilaksanakan secara daring melalui Zoom Meeting dan diikuti oleh lebih dari 600 peserta yang terdiri atas pustakawan, penyuluh, peneliti, hingga masyarakat umum.
Kegiatan dibuka oleh moderator Listina Setyarini dan dilanjutkan dengan sambutan Kepala BB Pustaka, Eko Nugroho D.P., S. Kom., M.A.P. Dalam sambutannya, Eko Nugroho menegaskan bahwa perpustakaan memiliki peran strategis dalam menyediakan informasi yang cepat dan akurat sehingga mampu menunjang penyuluh pertanian dalam memberikan solusi bagi petani. BB Pustaka juga telah menyediakan beragam akses informasi, baik melalui layanan fisik maupun digital, seperti repository dan publikasi pertanian. Semua informasi tersebut dapat diakses secara gratis.
Hadir sebagai narasumber, Suharyanto, Kepala Pusat Jasa Informasi Perpustakaan dan Pengelolaan Naskah Nusantara, Perpusnas RI. Ia menjelaskan pentingnya optimalisasi koleksi perpustakaan. Narasumber juga memaparkan berbagai layanan literasi dan inovasi Perpusnas, seperti Ipusnas, e-resources, serta program literasi untuk berbagai kalangan. Menurutnya, bahan bacaan bermutu sangat berperan dalam memperkuat literasi dan mendukung tercapainya swasembada pangan.
Narasumber kedua, Riko Bintari Pertamasari dari BB Pustaka menyoroti pentingnya kredibilitas sumber informasi di tengah maraknya arus data di internet. Ia mendorong penyuluh dan masyarakat untuk memanfaatkan sumber resmi, termasuk repository BB Pustaka yang menyimpan koleksi cetak, noncetak, jurnal, hingga 124 judul buku pertanian yang diterbitkan oleh pertanian press. Dengan validasi sumber yang tepat, informasi dapat disampaikan secara lebih akurat dan bermanfaat.
Sementara itu, Evrina Budiastuti, penyuluh pertanian Kabupaten Bogor, menekankan bahwa penyuluh membutuhkan literatur yang kredibel untuk dapat mengemas informasi pertanian menjadi sederhana, mudah dipahami, dan aplikatif bagi petani. Ia menyebut perpustakaan sebagai mitra utama dalam mendukung tugas penyuluh, terutama dalam menghadapi berbagai persoalan pertanian di lapangan.
Di akhir kegiatan, seluruh narasumber sepakat bahwa perpustakaan tidak hanya berfungsi sebagai penyimpan koleksi, melainkan juga sebagai pusat informasi strategis. Dengan dukungan akses digital dan layanan literasi yang beragam, perpustakaan berperan penting dalam memperkuat kapasitas penyuluh, meningkatkan pengetahuan petani, serta mendukung terwujudnya swasembada pangan nasional. (TR’25)
