Bogor, 10 Juli 2025 – Dukung swasembada pangan, Balai Besar Perpustakaan dan Literasi Pertanian BB PUSTAKA) menggelar layanan literasi terkait benih unggul dan pengendalian hama tanaman padi. Layanan Literasi berlokasi di BPP Wilayah IV Leuwiliang, dan dihadiri oleh petani serta penyuluh.
Kegiatan yang menghadirkan dua narasumber dari IPB University, Abdul Qadir pakar teknologi benih dan Widodo pakar penyakit tanaman ini dibuka oleh Towapa Ridwaniharja, selaku Koordinator BPP Wilayah IV Leuwiliang.
Dalam sambutannya, Towapa mengajak petani dan penyuluh untuk lebih semangat memanfaatkan kesempatan belajar bersama para pakar. Dengan belajar bersama tersebut memaksimalkan peran petani dan penyuluh dalam mendukung Kabupaten Bogor sebagai wilayah pertanian nomor satu di Indonesia sekaligus mendukung swasembada pangan.
Diskusi terkait benih unggul berjalan dengan penuh semangat dan antusias, Abdul Qadir mengajak petani dan penyuluh untuk berdialog secara langsung dalam membahas benih unggul padi.
Dialog dengan peserta didominasi oleh pertanyaan seputar jaminan mutu benih, penanganan benih, dan potensi hasil keberhasilan benih unggul. Dalam mendapatkan benih, petani dapat membeli pada pasar bebas atau mendapatkan bantuan dari pemerintah. Petani diimbau untuk selalu teliti dalam memperhatikan label dan isi kemasan benih untuk mencegah dan meminimalisir ketidaksesuaian atau percampuran benih. Membaca label benih menjadi penting, petunjuk di dalamnya dapat dijadikan sebagai acuan dalam penanganan benih mulai dari distribusi hingga penyimpanan.
Benih yang beredar di pasaran wajib sesuai dengan standar mutu pada aspek genetik, fisiologis, patologis, fisik, kadar air, dan pertumbuhan benih. Dalam teori, benih unggul adalah benih bermutu dari varietas unggul.
Saat ini, pengembangan varietas unggul padi tipe baru menargetkan hasil terbaik pada produksi per hektar, waktu hasil, dan kandungan benih. Tidak semua benih dapat tumbuh dengan baik dan berhasil mencapai potensi hasil. Faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan potensi hasil tanaman diantaranya teknologi produksi, lingkungan, waktu tanam, musim, umur semai, jarak tanam, dan jumlah bibit dalam lubang.
Tidak kalah serunya, narasumber kedua, Widodo yang membahas pentingnya biointensifikasi sebagai jawaban kasus hama tanaman. Menyambung dengan benih, Widodo berpendapat bahwa petani dapat memproduksi benih unggulnya sendiri dengan melihat dan mengambil gabahnya satu per satu.
Konsep utama dalam pengendalian hama tanaman yang sering kali tidak disadari petani ialah budi daya tanaman sehat. Tanaman yang sehat adalah tanaman yang fungsi fisiologisnya bagus, baik dari segi air, nutrisi, dan cahaya harus selalu cukup, serta suhu yang sesuai.
Widodo juga menjelaskan, hewan penyebab hama sudah ada dan ditemukan lebih dahulu, namun serangan hama baru terjadi bertahun-tahun selanjutnya. organisme pengganggu tanaman (OPT) akan menjadi masalah apabila populasinya tinggi dan virulen (ganas), lingkungan mendukung perkembangan OPT, berkurangnya fungsi alam (musuh), dan inang yang rentan.
Intensitas pemakaian pestisida ternyata juga dapat memicu adanya hama, Widodo mengetahui hal ini ketika meneliti hama wereng di daerah Semarang. “Tukang angon bebek itu tahu mana daerah yang tidak banyak pakai pestisida, dia akan angon disitu. Pak itu mah terlalu banyak racunnya, sebelahnya mah enteu. Jadi saya dapat informasi dari tukang bebek,” ungkapnya.
Semakin banyak pestisida yang disemprotkan pada tanaman, justru akan membuat hama wereng semakin berkembang. Kembali ke alur pertanian alami merupakan pilihan yang baik dalam pengendalian hama wereng.
Selain itu, Widodo juga mengungkapkan bahwa mengembalikan limbah jerami dan kotoran ke lahan juga menjadi kunci untuk meningkatkan kesuburan tanah dan mengurangi ketergantungan pada pupuk sintesis dan pestisida.
Swasembada pangan dapat terwujud salah satunya dengan memerhatikan proses awal dalam petanian, mulai dari pemilihan benih, pegolahan lahan, waktu tanam, serta pemberian nutrisi dan pengendalian penyakit tanaman.
Proses pertanian alami dengan pendekatan biointensifikasi dapat menjadi pilihan yang lebih baik dalam menjaga pertumbuhan tanaman padi dan kesehatan ekosistem pertanian. (Rep AM/edit SO-SWT)