Tingginya kebutuhan beras di Indonesia membuat perkembangan varietas padi dan beras lokal menjadi beragam. Salah satu yang istimewa adalah beras aromatik. Di tengah dominasi beras putih biasa, beras aromatik hadir sebagai primadona dengan karakter khas wangi alaminya yang memikat. Mengenal beras aromatik lokal berarti mengenal kearifan lokal, kekayaan genetik, hingga peluang ekonomi yang menjanjikan bagi petani Indonesia.
Beras aromatik menjadi beras populer dengan aroma khas dan mutu yang tinggi. Aroma wangi pada padi jenis ini berasal dari senyawa volatil alami, yaitu 2-asetil-1-pirolin (2AP). Senyawa ini mengeluarkan aroma khas semerbak, seperti pandan. Aroma pandan pada beras akan berbeda pada tiap varietasnya karena dipengaruhi oleh gen khusus. Faktor genetik pada senyawa 2AP dapat terbentuk jika padi ditanam di lingkungan yang sesuai. Varietas padi lokal aromatik sering kali dapat menghasilkan tekstur, aroma, dan produktivitas yang berbeda.
Karakteristik aroma dan tekstur beras aromatik yang unik membuat nilai ekonominya lebih tinggi dibanding beras non-aromatik. Permintaan pasar dalam negeri relatif tinggi pada beras aromatik ini. Sejalan dengan swasembada pangan, peluang ekspor beras aromatik lokal bukan tidak mungkin akan terwujud, pangsa beras aromatik terbuka besar untuk pasar dalam dan luar negeri.
Berbagai Varietas Lokal Padi Aromatik
Indonesia memiliki beberapa varietas padi aromatik lokal yang terkenal dengan keistimewaannya masing-masing. Di antara yang paling populer sebagai berikut.
- Pandanwangi
Berasal dari persilangan lokal Pandanwangi di Cianjur, Jawa Barat. Bentuk gabah bulat dan tekstur nasi yang pulen. Umur tanam varietas ini adalah 155 hari. Padi ini kurang tahan rebah, rentan terhadap hama wereng coklat (biotipe 2 dan 3), serta mudah terserang penyakit hawar daun bakteri (strain 4) dan penyakit tungro. Pandanwangi sebaiknya ditanam di daerah Kabupaten Cianjur. Kadar amilosanya adalah 24,96%. - Sintanur
Padi sawah yang menghasilkan beras aromatik unggul dengan tekstur yang pulen dan aroma sedang. Butir kapurnya translusens dengan bentuk beras sedang, kadar amilosanya adalah 18%. Sintanur termasuk dalam varietas unggul baru (VUB), tahan terhadap hama wereng cokelat dan penyakit hawar daun. Varietas ini cocok ditanam pada sawah irigasi dataran rendah hingga ketinggian <500 dpl. - Mentik Wangi
Beras aromatik yang berasal dari Jawa Tengah dengan butir kapur yang translusens dan bentuk beras sedang. Mentik wangi memiliki umur tanam 135 hari. Aroma beras bertahan kuat dalam butiran hingga bulan pertama penyimpanan. - Situ Patenggang
Memiliki keunikan aroma yang lebih wangi dari Pandanwangi, bertekstur sedang dengan butir kapur yang translusens, dan bentuk gabah yang agak gemuk dengan bentuk beras sedang. Kadar amilosa 25%. Varietas ini memiliki warna daun hijau keunguan. Umur tanam varietas ini adalah 110–120 HST, varietas tahan rebah, dan tahan penyakit blas diferensial. Situ patenggang termasuk dalam jenis padi gogo sehingga dapat ditanam pada lahan kering musim hujan, sawah kemarau, dan lahan tumpang sari dengan tipe tanah aluvial dan podsolik dengan ketinggian <300 mdpl. - Gilirang
Varietas padi sawah dengan umur tanam 12 hari, bentuk gabah dan bentuk beras sedang, serta butir kapur translusens. Kadar amilosa 18,9%. Gilirang memiliki karakter wangi yang tinggi dibanding varietas Rojolele, karakter wangi muncul sejak di pertanaman. Varietas ini tahan rebah, tahan hama wereng cokelat, dan penyakit hawar daun bakteri. Padi ini cocok ditanam pada lahan sawah dataran rendah dengan ketinggian hingga 500 mdpl. - Hipa 5 Ceva
Merupakan padi hibrida dengan umur tanam 114–129 hari, bentuk gabah dan berasnya ramping dengan butir kapur white belly, serta kadar amilosa 23,5%. Varietas ini tahan rebah, tahan terhadap hama wereng cokelat (biotipe 2) penyakit hawar daun bakteri (strain IV dan VIII) serta peka terhadap penyakit tungro. Padi ini tidak boleh ditanam pada daerah endemik OPT. - Batang Gadis
Padi sawah dengan umur tanam 110 hari. Gabah dan berasnya berbentuk sedang dengan butir kapur yang translusens dan kadar amilosa 22%. Nasi dari beras ini bertekstur pulen dan wangi. Varietas ini tahan rebah, tahan hama wereng cokelat (biotipe 1, 2, dan 3) dan penyakit hawar daun. Padi ini baik ditanam pada lahan sawah dataran rendah hingga ketinggian 500 mdpl. - Rojolele
Berasal dari daerah Klaten, Jawa Tengah. Memiliki umur tanam 155 HSS, warna daun hijau dengan kaki dan batang ungu. Bentuk gabahnya gemuk, namun bentuk padinya sedang, dan butir kapur translusens. Tekstur nasi wangi, pulen, dan cenderung manis dengan kadar amilosa 21%. Padi ini peka terhadap hama wereng cokelat. - Segara Anak
Merupakan varietas padi hibrida dengan potensi hasil tinggi, umur relatif pendek hanya sekitar 80 HST. Memiliki karakteristik gabah yang besar dengan bentuk beras yang sedang, butir kapur yang translusens, dan tekstur nasi yang sedang. Beras ini memiliki kadar amilosa 23,10%.
Ragam Wangi Beras Aromatik
Beras aromatik begitu populer karena kombinasi tekstur pulen dan aroma yang wangi. Wangi beras aromatik terbagi dalam beberapa atribut aroma (pandan, cereal, buttery, creamy, sweet, dan green) dan atribut rasa (manis, pahit, asin dan gurih). Contoh ragam wangi pada beberapa beras, seperti (1) Ketan Bilatung memiliki aroma buttery; (2) Sintanur dan Batang Gadis beraroma cereal; (3) Jasmine dan Pandanwangi memiliki rasa moderat beraroma sweet dan kecenderungan rasa manis; dan (4) Rojolele dan Mandoti memiliki aroma pandan, cereal, buttery, dan green.
Dengan budi daya yang baik, pemuliaan varietas, dan branding yang tepat, beras aromatik lokal berpotensi tinggi menjadi ikon beras premium Indonesia. Karakteristik aroma dan rasa beras aromatik yang khas tidak hanya menguntungkan petani lewat harga jual yang lebih tinggi, tapi juga memperluas pangsa beras Indonesia hingga ke mancanegara. (AM’2025)
Sumber:
- Lesmana, O. S., Toha, H. M., dan Las, I. (2003). Deskripsi Varietas Unggul Baru Padi. Sukamandi: Balai Penelitian Tanaman Padi.
https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/25650 - Sahru Romdon, A., dkk. (2013). Kumpulan Deskripsi Varietas Padi. Ungaran: BPTP Jateng.
https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/12696 - Wibowo, P. dkk. (2010). Karakteristik Fisik, Fisikokimia dan Tanak Beras Beberapa Varietas Padi Aromatik. Prosiding Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi).
https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/25985 - Handoko, D., dan Kusbiantoro, B. (2017). Analisis Deskriptif Sensori Kuantitatif Beberapa Varietas Padi Aromatik dari Provinsi Jawa Barat. Prosiding Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi). Seminar Nasional Padi 2009.
https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/12524 - Rakhmi, A. T., Indrasari, S. D., & D. Handoko, D.. (2013). Karakteristik Aroma dan Rasa Beberapa Varietas Beras Lokal Melalui Quantitative Descriptive Analysis Method. Jurnal Informatika Pertanian (22,1:37-44).
http://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/7863







