
Bogor, 1 Oktober 2025 – Pemanfaatan alat dan mesin pertanian (alsintan) yang terstandarisasi dinilai menjadi kunci utama untuk meningkatkan produktivitas sekaligus daya saing sektor pertanian Indonesia. Hal ini menjadi pokok bahasan dalam kegiatan Bincang Cerdas Literasi (BCL) Pertanian yang digelar oleh Balai Besar Perpustakaan dan Literasi Pertanian (BB PUSTAKA) melalui Zoom Meeting, Rabu (1/10).
Kepala BB PUSTAKA, Eko Nugroho Dharmo Putro, menegaskan pentingnya standarisasi alsintan dalam menjaga keseragaman, keamanan, efisiensi operasional, hingga penghematan bahan bakar. “Standarisasi alsintan memberikan fondasi kuat untuk peningkatan produksi pangan melalui efisiensi, kualitas, produktivitas, dan konsistensi. Alsintan yang terstandarisasi dapat menjadi landasan penunjang swasembada pangan,” ujarnya.
Sebagai narasumber, Plt. Kepala Balai BRMP Mekanisasi Pertanian. Agung Prabowo menjelaskan bahwa modernisasi pertanian melalui pemanfaatan alsintan terbukti mampu menekan biaya produksi, meningkatkan efisiensi waktu kerja hingga lebih dari 90 persen, serta menurunkan susut panen mencapai 3,5–5,5 persen. Ia menekankan bahwa standarisasi dan riset adalah dua hal yang saling melengkapi untuk menciptakan inovasi teknologi pertanian yang adaptif.
Sementara itu, Ahmad Faris Abrori, narasumber lain dari BSN menyoroti pentingnya penerapan dan sertifikasi SNI pada produk alsintan. Menurutnya, standar menjadi penghubung antara produsen dan konsumen agar produk memiliki kualitas yang terjamin dengan harga yang sesuai. Ia juga menegaskan bahwa sertifikasi menjadi jaminan kualitas sekaligus daya saing produk alsintan di pasar nasional maupun global.
Narasumber lain, Dwitiya Bayu Pratama yang juga dari BSN, menambahkan bahwa saat ini terdapat 96 SNI aktif di bidang alsintan, termasuk beberapa standar baru yang dirumuskan dan dipublikasikan pada tahun 2024. Meski demikian, masih ada tantangan dalam penyusunan standarisasi seperti harmonisasi dengan standar internasional, perkembangan teknologi yang cepat, serta tuntutan penggunaan energi ramah lingkungan.
Kegiatan BCL ini juga diisi dengan sesi tanya jawab interaktif bersama penyuluh, penggiat tani, dan petani muda dari berbagai daerah. Melalui kegiatan ini, para peneliti, praktisi, penyuluh, dan petani diharapkan semakin memahami pentingnya standarisasi alsintan sebagai strategi nasional untuk memperkuat daya saing pertanian Indonesia, sekaligus mendukung visi Indonesia Emas 2045. Kegiatan ini diikuti oleh 660 orang(Kontributor DA/Edit SO-SWT)
