Dalam rangka mendukung percepatan swasembada pangan nasional, Balai Besar Perpustakaan dan Literasi Pertanian (BB Pustaka) dan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) menyelenggarakan Literasi Brigade Pangan bertema “Ketenagaan Penyuluh”. Kegiatan yang diselenggarakan pada 14 Mei 2025 ini bertujuan meningkatkan kapabilitas SDM pertanian, khususnya penyuluh.
Hadir dalam acara ini, Kepala BB Pustaka, Eko Nugroho Dharmo Putro. Dalam sambutannya, Eko Nugroho menegaskan bahwa Brigade Pangan merupakan program strategis yang diluncurkan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) pada 20 November 2024. Program ini dirancang untuk memperkuat ketahanan pangan nasional dengan mengusung dua misi utama, yaitu pengelolaan usaha tani secara terstruktur dengan dukungan infrastruktur modern serta mendorong agribisnis berbasis generasi muda.
Kepala BB Pustaka juga mengatakan bahwa dalam mendukung program swasembada pangan, BB Pustaka berperan dalam menjembatani penyuluh dan Kementan dalam mendiseminasikan literasi pertanian. Untuk mencapai hal tersebut, BB Pustaka meluncurkan berbagai inovasi, yaitu BCL (Bincang Cerdas Literasi), LOVE (Live of Agriculture Virtual Literacy). Selanjutnya ada Pustaka Bergerak (PUBER), RELASI (Repository dan Layanan Ilmiah), dan SAPU TERAS (Single Account, Penerbitan, dan Penyebarluasan Terbitan dan Akses).
Dalam kesempatan tersebut, hadir pula Idha Widi Arsanti, Kepala BPPSDMP. Dalam arahannya, Idha menyampaikan bahwa proses pengalihan kewenangan penyuluh dari pemerintah daerah ke Kementan masih terus berjalan. Kepala Badan juga menyatakan pentingnya penyuluh pertanian dalam mendukung swasembada pangan penyuluh pertanian harus ditingkatkan kapasitasnya agar lebih aktif lagi. Oleh karena itu, penyuluh pertanian harus lebih modern dan dapat berinovasi.
Lebih lanjut, diungkapkan bahwa saat ini Indonesia memiliki 68.947 penyuluh pertanian. Mereka terlibat aktif dalam seluruh tahapan kegiatan penyuluhan, mulai dari identifikasi potensi wilayah, penyusunan programa dan RKTP, penyebaran materi dan teknologi pertanian, hingga monitoring dan evaluasi.
“Penyuluh kini tidak hanya sebagai fasilitator, tapi juga formulator solusi, inovator teknologi, dan konsultan agribisnis.” pungkas Idha.
Sementera itu, Nurwahida, Kepala Biro Organisasi dan SDM Aparatur Kementan, mengungkap bahwa salah satu alasan mengapa penyuluh harus bergabung menjadi penyuluh pusat karena pertanian merupakan salah satu prioritas dalam mendukung swasembada yang berkelanjutan.
“Saat ini data penyuluh sedang on progress diharapkan semua berjalan lancar. Para penyuluh tidak perlu khawatir namanya belum masuk karena data fleksibel, bisa ditambah jika nama belum ada. Pada minggu ini data penyuluh harus sudah clear. Mohon bagian kepegawaian di dinas dapat berhubungan dengan BKSDM,” tegasnya.
Salah satu terobosan besar yang dilakukan pemerintah dalam mewujudkan swasembada pangan yaitu kebijakan pemindahan penyuluh dari pemerintah daerah ke Kementan. Langkah strategis nasional ini diperkuat dengan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2025 tentang Pendayagunaan Penyuluh Pertanian.
Inpres ini menjadi tonggak bagi integrasi dan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah dalam mempercepat modernisasi sektor pertanian.
Dengan dukungan regulasi, teknologi, dan SDM yang mumpuni, transformasi sistem penyuluhan pertanian diharapkan mampu menjadi katalisator pencapaian swasembada pangan yang berkelanjutan.
“Kita tidak bisa bicara swasembada tanpa penyuluh yang andal. Mereka adalah penghubung strategis antara kebijakan dan lapangan,” tegas Nurwahida.
Kegiatan Literasi Brigade Pangan ini menjadi ruang strategis untuk berbagi pengetahuan, memperkuat jejaring, dan mempersiapkan penyuluh menghadapi tantangan pertanian masa depan. Literasi Brigade pangan kali ini diikuti lebih dari 1.000 peserta. Mereka sangat antusias dalam mengikuti kegiatan ini. (SO)