Bogor, 23 Juli 2025 – Terwujudnya swasembada pangan tidak hanya digencarkan dengan perluasan area tanam. Pengelolaan hama terpadu pada tanaman dan area tanam juga sama pentingnya untuk peningkatan hasil dan produktivitas tanam. Balai Besar Perpustakaan dan Literasi Pertanian menggelar kegiatan LOVE: Live of Agriculture Virtual Literacy – Brigade Pangan dengan tema “Pengendalian Hama Penyakit Padi Mendukung Swasembada Pangan”.
Berlokasi di Desa Pasir Eurih, Bogor, kegiatan ini dilaksanakan secara hybrid dan menghadirkan praktisi pertanian yang terlibat dalam pengelolaan hama terpadu. Wiwik Sugiharti (Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan), Evrina Budiastuti (Penyuluh Pertanian), Defri Nastiti (Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman), dan Endang (Ketua Kelompok Tani Karya Tani) membagikan informasi dan pengalaman menarik dalam mengendalikan hama padi.
Acara dibuka oleh Kepala Balai Besar Perpustakaan dan Literasi Pertanian BB Pustaka, Eko Nugroho Dharmo Putro. Menurutnya, pengendalian organisme penganggu tumbuhan (POPT) memiliki peran krusial dalam antisipasi dan eksplorasi hama penyakit tanaman. Keberadaan hama akan menjadi tantangan dan menghambat produktivitas yang berpengaruh terhadap pencapaian swasembada pangan. Eko juga menegaskan pentingnya keberlanjutan dalam program swasembada. “Swasembada pangan bukan hanya soal jumlah produksi tapi juga soal keberlanjutan dan ketahanan pangan di masa depan,” jelasnya.
Direktur Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Ardi Praptono, juga turut bergabung dan memberikan sambutan. Ardi menjelaskan, terdapat dua faktor dalam perlindungan tanaman, yaitu perlindungan ganguan dari organisme pengganggu dan perlindungan dampak perubahan iklim (DPI). “Dengan serangan organisme pengganggu tumbuhan, ya OPT, dan gangguan akibat dampak perubahan iklim, ini akan memberikan dampak yang besar terhadap kerugian ekonomi bagi petani,” ungkapnya.
Kunci utama dalam penanggulangan kerugian tersebut terdapat pada tahap awal pembibitan. “Peran perlindungan itu dimulai dari pembibitan sampai dengan nantinya panen dari hasil pertanian kita, oleh karena itu selama kurun waktu budi daya itulah peran perlindungan tanaman yang menjadi kunci bagi hasil maupun risiko kerugian ekonomi pada petani,” jelas Ardi.
Sementara itu, Wiwik Sugiharti selaku Kepala Tim Kerja OPT Serealia Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, membahas mengenai pengelolaan hama tanaman. Dalam bahasannya, Wiwik menyebutkan OPT utama padi yang harus diwaspadai ketika kemarau basah adalah penggerek batang padi, tikus, wereng batang coklat, blas, hawar daun, tungro, dan kerdil rumput. Metode pengendalian hama tersebut pun turut dijelaskan, namun untuk informasi selengkapnya Wiwik juga mengajak peserta agar membaca buku terkait hama dan penyakit tanaman padi yang tersedia repo Repositori Kementerian Pertanian. “Buku hama dan penyakit tanaman padi ini bisa diakses melalui link dari Balai Besar Pustaka,” ujarnya.
Setelah penyampaian materi, acara berlanjut pada kegiatan diskusi bersama Evrina, Defri, dan Endang. Mereka merupakan praktisi yang telah menjalankan pertanaman padi untuk swasembada dan mengatasi hama tanaman pada lahan yang berlokasi di Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Dalam diskusi, ketiga narasumber setuju bahwa kolaborasi dan sinergitas antara penyuluh, POPT, dan petani berperan penting dalam pencegahan dan pengendalian hama. “Metode untuk mengendalikan hama penyakit itu tidak bisa satu saja, sama seperti penyuluhan, untuk melakukan penyuluhan juga tidak bisa hanya mengandalkan satu metode saja, itulah sebabnya kita harus berkolaborasi supaya swasembada yang kita inginkan dapat tercapai,” ujar Evrina.
Tidak hanya sekadar berbagi pengetahuan pengendalian hama, acara ini juga membawa semangat kolaborasi antarpihak, kesadaran mitigasi hama, dan pemeliharaan ekosistem pertanian. Melalui hal tersebut bukan tidak mungkin swasembada pangan berkelanjutan segera terwujud. (kontributor. AM/editor SO-SWT)