Dalam budi daya kopi, keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh perawatan di lahan, tetapi juga oleh kualitas bibit yang digunakan. Dua teknik vegetatif yang banyak diterapkan petani kopi adalah sambungan (grafting) dan setek. Keduanya menjadi strategi cerdas untuk mencetak bibit unggul yang produktif, seragam, tahan penyakit, serta mampu beradaptasi dengan lingkungan tumbuh dan meningkatkan hasil panen berkualitas tinggi
Dua teknik vegetatif yang umum digunakan pada budi daya kopi yaitu metode setek dan sambungan, yang masing-masing memiliki kelebihan dan teknik pelaksanaan tersendiri. Metode setek dilakukan dengan memotong bagian tanaman induk, biasanya cabang atau ranting muda, lalu ditanam dalam media yang sesuai hingga tumbuh akar dan menjadi bibit baru. Teknik ini tergolong mudah dan cukup cepat, terutama jika menggunakan bahan tanam dari pohon kopi yang sehat dan produktif. Sementara itu, metode sambungan atau grafting dilakukan dengan menggabungkan dua bagian tanaman, yaitu batang bawah dari varietas yang kuat dan tahan penyakit, serta batang atas dari varietas unggul berproduksi tinggi. Teknik ini memungkinkan terciptanya tanaman kopi yang memiliki kombinasi sifat unggul dari kedua induk.
Pembibitan Melalui Sambungan (Grafting)
Sambungan Fase Serdadu
- Batang bawah dan batang atas menggunakan benih stadium serdadu atau kepelan.
- Penyambungan dilakukan menggunakan metode celah. Pada bagian atas dari batang bawah (+5 cm di leher akar) dibuat celah +1 cm. Bagian bawah dari batang atas (+4 cm dari daun kepel) disayat miring pada kedua sisinya sehingga membentuk huruf V. Batang disisipkan pada celah yang telah dibuat pada batang bawah.
- Bagian kambium batang atas dan batang bawah harus bersatu. Setidaknya salah satu sisi dari bidang pertautan batang atas dan batang bawah diusahakan lurus.
- Penyambungan juga dapat dilakukan dengan cara menyayat miring baik batang atas maupun batang bawah pada salah satu sisinya kemudian dipertautkan.
- Pengikatan dilakukan menggunakan parafilm hingga bagian sayatan tertutup rapat.
- Sebelum penanaman akar tunggang yang terlalu panjang ujungnya dipotong dengan gunting.
- Setelah penanaman dilakukan penyungkupan secara kolektif.
- Penyiraman 1–2 hari sekali tergantung keadaan. Sebaiknya dilakukan pagi hari dengan cara membuka salah satu sisi sungkup dan ditutup kembali, dan menggunakan knapsack sprayer.
- Pemeriksaan hasil sambungan dilakukan dua minggu setelah penyambungan. Sambungan berhasil ditandai dengan tidak layunya benih sambungan.
- Setelah dua minggu dilakukan penjarangan (hardening) secara bertahap.
- Pemeliharaan dilakukan terhadap benih hasil sambungan yang telah mengalami hardening sampai dengan siap tanam seperti pada pemeliharaan benih pada umumnya.
Sambung Fase Benih
- Menyiapkan entres untuk batang atas dan benih siap sambung sebagai batang bawah. Kriteria benih siap sambung ukuran batang sebesar pensil.
- Penyambungan dilakukan dengan sistem celah.
- Daun batang bawah disisakan 1–3 pasang daun. Daun batang atas dipotong sebagian.
- Batang bawah dan batang atas diusahakan sama besar. Apabila ukuran batang atas dan batang bawah tidak sama, maka salah satu sisinya harus lurus.
- Sambungan diikat dengan tali (rafia, benang goni, pelepah pisang, mendong atau plastik).
- Sambungan diberi sungkup kantong plastik transparan. Pangkal sungkup diikat agar kelembaban dan penguapan terkendali serta air tidak masuk.
- Penyambungan harus dilakukan dengan cepat, cermat dan bersih.
- Selama kurang lebih 2 minggu setelah sambung, harus dihindari dari penyinaran matahari langsung.
- Pengamatan hasil sambungan dilakukan setelah dua minggu. Apabila warna tetap hijau berarti sambungan berhasil dan apabila berwarna hitam berarti gagal.
- Sungkup dibuka/dilepas apabila tunas yang tumbuh cukup besar.
- Tali ikatan dibuka apabila pertautan telah kokoh dan tali ikatan mulai mengganggu pertumbuhan batang.
- Tunas yang tumbuh dari batang atas dipelihara satu yang paling sehat dan kekar. Pemilihan dilakukan setelah tunas tumbuh cukup besar.
Pembibitan Melalui Setek
Pembibitan dengan cara setek memiliki keunggulan dibandingkan benih semaian, yaitu menjamin kemurnian klon, umur siap tanam relatif pendek (9–12 bulan), perakaran cukup banyak dan akar tunggang pengganti lebih kokoh. Selain itu, memiliki sifat yang sama dengan pohon induknya sehingga mutu yang dihasilkan seragam, dan masa berbuah awal relatif pendek (1–2 tahun).
Tahapan Penyetekan
Persiapan Bedengan Setek
- Memilih lokasi untuk membuat bedengan setek.
- Bedengan dibuat memanjang dengan lebar 1,25 m, panjang 5 m atau 10 m.
- Tebal medium 20–25 cm, terdiri atas campuran tanah:pasir:pupuk kandang 1 : 1 : 1 atau humus tanah hutan lapisan atas (0–20 cm).
- Pembuatan kerangka sungkup dengan tinggi 60 cm dan menyiapkan lembaran plastik transparan.
- Pembuatan para-para di atas bedengan setek agar tidak terlalu panas, tetapi tidak boleh terlalu gelap. Jika telah cukup naungan alami (pohon-pohon), para-para tidak diperlukan.
- Penyetekan sebaiknya dilakukan di bawah pohon pelindung lamtoro atau jenis lainnya yang dapat meneruskan cahaya difus.
Persiapan Bahan Tanam dan Penyetekan
- Melakukan inventarisasi kebun entres agar diketahui klon dan umur entres.
- Umur entres yang baik, yaitu 3–6 bulan.
- Bahan setek yang digunakan, yaitu satu ruas 6–8 cm dengan sepasang daun yang dikupir, pemotongan pangkal setek dibuat runcing.
- Memberikan zat pengatur tumbuh (dapat dipakai urine sapi 10%) untuk klon yang sulit berakar.
- Setek ditanam dengan jarak tanam setek 5–10 cm, kemudian dilakukan penutupan/disungkup dengan plastik.
- Penyiraman dilakukan 1–2 hari sekali (tergantung keadaan), sebaiknya gunakan knapsack sprayer.
- Setelah berumur 3 bulan dilakukan hardening secara bertahap.
- Setelah 4 bulan, setek dipindah kedalam polybag.
- Benih siap dipindah ke lapang setelah berumur 7 bulan.
Teknik sambungan maupun setek memiliki kelebihan dan tantangan tersendiri. Sambungan memungkinkan kombinasi sifat unggul dari dua tanaman, sementara setek menjaga kemurnian klon sekaligus mempercepat masa berbuah. Pemilihan metode terbaik tergantung pada tujuan budi daya, kondisi lahan, serta keterampilan petani dalam mengelola pembibitan. Dengan penerapan yang tepat, kedua metode ini bukan hanya menghasilkan bibit kopi unggul, tetapi juga menjadi fondasi penting dalam mendukung budi daya kopi berkelanjutan yang mampu menjawab kebutuhan pasar sekaligus menyejahterakan petani.(HS2025)
Sumber
Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian Sumatra Utara. (2023). Penerapan Good Agriculture Practices Kopi di Sumatra Utara. BPSIP Sumatra Utara. https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/21470.