
Bogor, 19 November 2025 - Di tengah tantangan besar pembangunan pertanian, dari perubahan iklim hingga menurunnya minat generasi muda. pengetahuan menjadi kunci percepatan swasembada pangan. Balai Besar Perpustakaan dan Literasi Pertanian diharapkan menjadi Agricultural Knowledge Center, ungkap Kepala Badan Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Idha Widhi Arsanti pada kegiatan Public Hearing yang digelar BB Pustaka
"Karena itu, BB Pustaka harus bertransformasi dari pusat dokumentasi menjadi yang menghadirkan informasi cepat, akurat, dan mudah diakses bagi petani, penyuluh, dan masyarakat. Melalui layanan yang diberikan, BB Pustaka semakin memperkuat perannya dalam mendorong inovasi dan peningkatan kapasitas SDM pertanian." Tegasnya
Idha menambahkan bahwa BB Pustaka telah berperan penting sebagai pusat informasi dan pengetahuan pertanian, tidak hanya melalui koleksi bukunya tetapi juga berbagai publikasi yang terus diperbarui. Ia mendorong agar ke depan BB Pustaka dapat menghasilkan lebih banyak e-book yang mudah diakses petani dan penyuluh untuk mendukung kegiatan di lapangan.
“Semakin banyak pengetahuan yang dibaca dan dimanfaatkan, semakin kuat pula pertanian Indonesia. Saya berharap dua hari forum ini menghasilkan rekomendasi kebijakan yang memperkuat peran BB Pustaka dalam ketahanan dan swasembada pangan, serta mendorong inovasi layanan digital yang adaptif bagi petani milenial,” lanjutnya.
Selanjutnya Sekretaris Jenderal Ombudsman RI, Suganda Pandapotan Pasaribu, memberikan tanggapan dengan berfokus pada standar pelayanan publik. Ia menekankan mengenai pentingnya inklusivitas dalam standar layanan perpustakaan dan literasi diantaranya pemeliharaan koleksi antiquariat, akses dan pelayanan masyarakat disabilitas, penyempurnaan alur layanan seperti prosedur layanan magang dan library tour, perkuatan kredibilitas dan kompetensi dalam penyebarluasan informasi pertanian, serta perluasan akses informasi referensi.
Ia menekankan nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) BB Pustaka telah menunjukkan trend positif. selanjutnya ia mengungkap pentingnya penggunaan bahasa layanan yang mudah dipahami seluruh pemangku kepentingan, sikap ramah dan empati petugas, serta pemanfaatan kritik dan pengaduan sebagai modal perubahan.
Suganda juga menyoroti perlunya standardisasi khusus untuk layanan koleksi antiquariat, yang berkaitan dengan naskah sejarah dan koleksi langka. “Koleksi langka harus dilindungi. Perlu aturan khusus, seperti penggunaan masker, sarung tangan, atau prosedur lain untuk menjaga keamanannya,” jelasnya.
Ia juga menekankan pentingnya fasilitas ramah disabilitas, termasuk petugas yang menguasai bahasa isyarat atau huruf braille, untuk memastikan layanan perpustakaan bersifat inklusif. Selain itu, BB Pustaka dinilai perlu menyampaikan batas waktu maksimal penerimaan dan proses pengajuan magang secara lebih jelas.
“Pelayanan itu diharapkan bersifat inklusif bukan eksklusif, begitu juga dengan perpustakaan, inklusif, tidak boleh eksklusif, harus terbuka. Sehingga semua orang boleh datang boleh membaca dan boleh mendapatkan banyak hal.” jelas Suganda.
Kemudian, Kepala Balai Besar Perpustakaan dan Literasi Pertanian, Eko Nugroho Dharmo Putro memaparkan sejarah panjang PUSTAKA sejak 1842, inovasi layanan yang diinisiasi seperti LOVE, BCL, PUBER, RELASI dan SAPU TERAS, serta jumlah koleksi perpustakaan yang mencapai lebih dari 60 ribu judul tercetak dan ribuan koleksi digital. Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat semester I dan II disampaikan berada pada kategori “sangat baik” dan turut menjadi indikator peningkatan pelayanan.
Sementara itu, Analis SDM Aparatur Madya Kementerian PANRB, Mulyanah mengapresiasi unit penyelenggara pelayanan BB Pustaka sudah menjalankan Uji Publik Standar Pelayanan, kalau di Menpan Deputi Yanlik namanya Forum Konsultasi Publik (FKP), dimana pelibatan masyarakat menjadi bagian dalam pembuatan kebijakan. Acaranya bagus, inspring, banyak anak-anak muda yang dilibatkan, sehingga memberikan motivasi ke kita untuk melakukan perubahan. Kembali ke alam dengan pertanian yang modern menyesuaikan zaman.
Dalam sesi diskusi, Penyuluh pertanian Evrina Budiastuti mengingatkan pentingnya perpustakaan yang inklusif, di mana pustakawan perlu memahami dasar huruf braille dan metode pelayanan kepada masyarakat disabilitas.
Ia juga mendorong perubahan platform layanan agar selaras perkembangan zaman, termasuk kemungkinan penerapan layanan berbasis Artificial Intelligence (AI). Jika layanan literasi diturunkan hingga level desa, pemanfaatan Posluhdes atau pojok baca desa dapat menjadi strategi yang efektif.
BB Pustaka merespons positif masukan tersebut dan menyatakan siap menindaklanjuti pengembangan layanan berbasis AI. selanjutnya Petani milenial, Dan Sulaiman, menegaskan bahwa peran perpustakaan adalah menjembatani petani dengan pengetahuan yang tepat. Melalui berbagai konten pengetahuan, BB Pustaka telah membantu petani memahami penyebab persoalan di lapangan dan menemukan solusi yang akurat.
Dari Polbangtan, Muhamad Ramdhan Putra menanyakan kemungkinan layanan khusus bagi koleksi antiquariat serta penyediaan video pembelajaran pertanian. Hal ini menjadi catatan penting untuk inovasi layanan ke depan. (Rep FN/Edit SO)
